'Sumpah Saripah': Potret Nyata Nasib Perempuan di Mata 'Oneng'
terlanjur kutorehkan ikrar
pada dusun
uang digusur jadi pabrik
hingga embun dibunuh asap
hingga kali jadi bau dan pekat
hingga sampah yang tersisa
untuk adik yang lapar
yang lahir saat aku pergi mengadu nasib
Begitu sebait goresan puisi berjudul 'Sumpah Saripah' yang ditulis Rieke Diah Pitaloka dalam buku sajak ketiganya dengan judul yang sama. 'Sumpah Saripah' bicara tentang kondisi rakyat yang nyatanya masih tertindas meski sudah merdeka dari penjajah, terutama perempuan.
"Tapi dia nggak berhenti dan tidak menyerah, apa yang dia alami itu dia terus berjuang," ungkap Rieke saat berbincang dengan detikhot di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (8/4/2011) malam.
Dalam buku puisi berwarna putih dengan cover karikatur rambut perempuan yang terurai itu Rieke mencoba untuk jujur dengan penglihatannya. Tidak perlu kata-kata puitis, bintang 'Bajaj Bajuri' itu cukup berkata apa adanya.
Misalnya saja di puisi berjudul 'Karawang':
Aku masih terbayang
anak kecil kerontang
di siang hari
di pinggir jalan kota karawang
anak kecil
bajunya usang
kulitnya matang
terpanggang
tubuh kecil
di atas timbunan botol plastik menjulang
wajah kipasi asap knalpot garang
Puisi tersebut dituturkan Rieke berkisah tentang kehidupan masyarakat Karawang, Jawa Barat saat ini. Miskin!
"Waktu itu ada kunjungan saya sebagai anggota DPR di Karawang. itu miris banget. karawang dulu kan ada pemudanya yang menculik Soekarno dan Hatta hingga bisa merdeka, pernah disebut lumbung padi. Eh sekaang banyak yang jadi TKI, banyak anak terlantar, gersang, miskin banget. Saya miris banget," ungkap Rieke.
Maka itu Rieke menyebut buku puisinya kali ini berbeda. Penulis 'Renungan Kloset' dan 'Dari Cengkeh Sampai Utrecht' itu memotret realitas yang ada di depan matanya. "Kalau dulu saya nulis itu karena menonton berita. semenjak jadi anggota dewan, terjun langsung," jelasnya.
Dalam bukunya kali ini, Rieke menyajikan puisi sebanyak 99 buah. "Saya gambarkan dengan sederhana, karena sulit digambarkan dengan bahasa politik yang formal dan normatif. Saya sampaikan dengan lebih sederhana. mudah diserap," tutupnya.
sumber:http://www.detikhot.com/read/2011/04/09/130633/1612432/1059/sumpah-saripah-potret-nyata-nasib-perempuan-di-mata-oneng